tego larane ora tego patine
MasyarakatJawa tidak asing dengan ungkapan "Tega Larane Ora Tega Patine". Ungkapan ini menggambarkan bagaimana eratnya hubungan persaudaraan. Terlebih jika hubungan persaudaraan tersebut terikat oleh ikatan darah. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, secara harfiah ungkapan tersebut berarti tega sakitnya, tidak tega matinya. Artinya meskipun antar saudara sering kali bertengkar, cekcok
Phrase D Accroche Profil Site De Rencontre. TEGO LARANE ORA TEGO PATINE Kang Thohir Tego Larane Ora Tego Patine’ Tega sakitnya tidak tega matinya. Nasehat singkat ini dulu sering disampaikan orang tua tatkala saya dan saudara bertengkar karena sesuatu yang remeh, layaknya anak-anak pada umumnya. Selain tujuannya agar kita berhenti bertikai, orang tua ingin menanamkan rasa empati terhadap saudara sendiri. Terkadang seseorang bisa akrab, rukun, akur, dan damai dengan orang lain lebih dari saudaranya sendiri. Tidak jarang pula seseorang tidak tegur sapa atau bahkan bermusuhan dengan saudara sendiri, sementara dengan orang lain dia menganggapnya saudara angkat. Bagaimana pun juga, boleh jadi kita tega menyakiti saudara sendiri, namun tidak akan kuat jika sampai kehilangannya. Sebagaimana bunyi nasehat tersebut. Nasehat di atas adalah falsafah hidup orang Jawa. Bisa diterapkan dalam konsep hubungan persaudaraan atau yang lebih erat, semisal hubungan orang tua dengan anak atau suami dengan istri. Artinya, sekejam-kejamnya orang tua terhadap anaknya, pasti akan menitikkan air mata tatkala sang buah hati meninggal dunia. Sebejat-bejatnya suami pasti bersedih ditinggal istri untuk selama-lamanya. Dalam dunia persilatan’, unen-unen’ ungkapan; Jawa di atas juga diadaptasi oleh perguruan silat Setia Hati Teratai menjadi salah satu ajaran’ intinya. Mungkin karena terlalu mendarah daging dalam mengamalkannya, anggotanya sering didapatkan terlibat perkelahian atau tawuran dengan alasan setia kawan. Lantas, mungkinkah filosofi Tego Larane Ora Tego Patine’ diamalkan dalam konteks Uyghur? Tidakkah cukup alasan atas nama sesama muslim ukhuwwah Islamiyah untuk kita berempati pada muslim di daratan China itu? Masihkah dibutuhkan hujah kemanusiaan ukhuwah basyariyah untuk mengecam kezaliman pada Uyghur? Padahal terhadap pembunuhan hewan langka saja kita bisa bersikap lebih dari itu. 21 Desember 2019
tego larane ora tego patine